INI RUMAH KAMI
Ini Rumah Kami adalah komunitas yang kami bentuk di Bulurejo, sebuah kampung kecil di Kab.Gunungkidul. Kami percaya,seperti sebagian besar wilayah di Gunungkidul iklim kering dan geografis yang tandus bukanlah halangan tetapi harus dapat menjadi semangat untuk terus berkarya.
Selasa, 28 April 2015
Rabu, 01 Januari 2014
TUNGGAK
tunggak ringin di bekas terminal Dhaksinarga |
Kehidupan membutuhkan pegangan kuat untuk terus tumbuh dalam pohon itu seperti akar dan juga tunggak.
Pepatah Jawa Tunggak Jarak Mrajak Tunggak Jati Mati ini dalam kehidupan masyarakat saat ini telah banyak terwujud. Pepatah atau peribahasa ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi semua orang (masyarakat) tanpa terkecuali. Apa maksud pepatah tersebut? Dalam bahasa Jawa, tunggak dapat berarti pohon. Tunggak jarak = pohon jarak, tunggak jati = pohon jati. Sedangkan mrajak dalam bahasa Indonesia berarti berkembang biak. Jadi tunggak jarak mlarak tunggak jati mati jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pohon jarak berkembang pohon jati mati.
Dalam keadaan sebenarnya, pohon jarak (Ricinus communis) atau kaliki (=sunda) dulang/gloah (=sumatera) kalek (=madura) jika batangnya dipotong dapat bertunas lagi, sedangkan pohon jati jika dipotong akan mati.
Pepatah ini seakan mewakili tentang keberadaan status masyarakat. Tunggak jarak mewakili kalangan kebanyakan sedangkan tunggak (pohon) jati adalah orang dari kalangan bangsawan atau pejabat. Namun tunggak jarak mrajak mengisyaraktan bahwa kalangan bawah yang bisa berkembang (mrajak) dan sebaliknya, tunggak jati mati dari kalangan bangsawan yang tidak punya generasi penerus (mati).
Pepatah ini seakan mewakili tentang keberadaan status masyarakat. Tunggak jarak mewakili kalangan kebanyakan sedangkan tunggak (pohon) jati adalah orang dari kalangan bangsawan atau pejabat. Namun tunggak jarak mrajak mengisyaraktan bahwa kalangan bawah yang bisa berkembang (mrajak) dan sebaliknya, tunggak jati mati dari kalangan bangsawan yang tidak punya generasi penerus (mati).
Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati iku tegesé turunané wong cilik dadi wong gedhé, turuné wong gedhé dadi wong cilik. Paribasan iki nggambaraké yèn akèh kadadéyan anaké wong gedhé (sugih utawa pangkat dhuwur) sing biasané diugung, banjur dadi kesèd sinau saéngga tembé mburiné malah urip kesrakat. Suwaliké, anaké wong sing urip ana ing kaanan prihatin nanging sregep sinau lan temen nyambut gawé, tembé mburiné malah bisa suksès utawa dadi wong gedhè.
Peribahasa Jawa ini menegaskan bahwa keturunan masyarakat biasa bisa
menjadi pejabat sedangkan keturunan pejabat bisa tidak memperoleh
pangkat. Dengan kata lain, kehidupan bisa berubah tergantung dari, niat,
kemampuan dan usaha masing-masing orang.
Romo Mangunwijaya menulis dalam Serat Warasewaya - tembang macapat Gambuh, Surakarta 1916
- Ing jaman mengko kulup, nadyan pyayi lan darahing ratu, yen tan pinter utawa nora kasait, nora pati den paelu, arang sinaruwe ing wong.
- Nadyan trah bau dhusun, lamun wasis samubarang kawruh, sugih dhuwit sanggon-ênggon den ajeni, dhasar darajade ruhur, keringan sinembah ing wong.
Maksudnya adalah : 1. walaupun priyayi darah raja kalau tidak pandai ya
tidak akan dihormati dalam pergaulan, 2. walaupun anak dusun, kalau
menguasai ilmu, akan kaya dan terhormat.
Sedangkan pada tahun 70an Koes Plus menyanyikan lagu Tunggak jati yang syairnya demikian:
Sedangkan pada tahun 70an Koes Plus menyanyikan lagu Tunggak jati yang syairnya demikian:
Sopo kang mirengake. Dawuh wiku mbiyene
Sajak mung ngece-ece. Opo yo tenane
Iku mau critane. Kito kabeh kang nggawe
Jati opo jarak'e, Sumonggo kersane
Reff
Tunggak jarak mlarak..Tunggak jati semi 2x
Disirami dijaga kang titi . Jati tuo cagak'e pendopo
Tegese tembung jarak. Sejane mulang sarak
Tegese tembung jati Sejane mukti
Maksud lagu tersebut adalah :
Siapa yang mendengarkan petuah guru (wiku) yang dahulu seolah mengejek, sekarang menjadi kenyataan. Orang kebanyakan bisa berkembang sementara keturunan bangsawan semakin mengecil. Tetapi golongan bangsawan tetap dijaga dan dipertahankan untuk mempertahankan kehidupan budaya dan kelestarian bangsa ...
Siapa yang mendengarkan petuah guru (wiku) yang dahulu seolah mengejek, sekarang menjadi kenyataan. Orang kebanyakan bisa berkembang sementara keturunan bangsawan semakin mengecil. Tetapi golongan bangsawan tetap dijaga dan dipertahankan untuk mempertahankan kehidupan budaya dan kelestarian bangsa ...
Akhir kata Maka rawatlah pohon pohon kehidupan kita ini baik baik, kolomongso teko tibo tunggak e tetap sae...
Senin, 10 Desember 2012
PERPUSTAKAAN INI RUMAH KAMI
Rasanya, tak adil jika terus menerus memberi cap negatif yang selama ini
tersemat, bahwa minat baca anak-anak Indonesia itu rendah. Padahal,
bukan minat bacanya yang rendah namun keterbatasan akses bagi anak-anak
itu untuk mendapatkan buku-buku dan bahan bacaaan berkualitas. Di sekolah perpustakaan masih mengandalkan buku buku lama. Apalagi walaupun daerah kami kampung kecil di pinggir kota, wabah berjamurnya tempat bermain ps dan game online membuat anakanak lebih mudah mendapatkan game terbaru dari pada mendapatkan buku. Bagi saya ini ironis karena uang saku mereka habis sia sia.
Sisi lain dari banyaknya warnet ON LINE di Wonosari tidak semerta merta bisa membuat budaya baca meningkat, karena satu jam seharga Rp3000,00 di bilik ( bisakah mereka mencari sumber bacaan dan memahaminya, mengingat tidak semua punya komputer di rumah untuk save data) . Belum lagi berperang dengan facebook dan jejaring sosial yang lain. Seperti ini juga semakin menguatkan sisi pribadi yang individualis, tertutup dan tak ada interaksi sosial secara langsung, jangan sampai kita terjebak budaya seperti ini.
Berdasarkan hal diatas maka kami kembali berbicara tentang perpustakaan rumah. kembali kepada bentuk buku cetak, kembali kepada budaya membaca dan yang terpenting konsep rumah sebagai tempat berkumpul berdiskusi akan terbangun. Pentingnya konsep rumah dalam perpustaakaan INI RUMAH KAMI lebih kepada sebuah tempat alternatif berumpul bermain, dan belajar sebagai sebuah keluarga dengan ikatan kebersamaan.
Selasa, 21 Agustus 2012
Pembangunan jalan Bulurejo, Besari , Siraman tahap I
Bersama kita bisa, buka slogan semata. Kami warga Bulurejo dengan swadaya yang cukup besar ditambah dana PNPM mewujudkan pembangunan jalan kampung. Biarpun ada dana dari pemerintah yang itu memang sudah seharusnya. ternyata juga harus warga ada inisiatif mandiri. Swadaya yang bisa di lakukan adalah pembebasanpelebaran tanah secara ikhlas, dan waktu untuk bergotong royong membangun denagan manajemen yang baik. Disini kesadaran kolektif wargalah yang berperan sehingga semua dapat berkontribusi dalam pelaksanaanya.
pemilihan kepala desa siraman
Demokrasi adalah kunci dari pembangunan kenapa? coba kita lihat carut marutnya pemerintahan tanpa pemimpin ataupun huru hara dalam pilkada, bagaimana kita bisa membangun bangsa kalau dari awal pemilihan pemimpin sudah kisruh..
Beberapa bulan kemarin desa kami melakukan pesta demokrasi (pemilihan kepala desa). dari 3 calon kades yang mengikuti terpilihlah secara sah bapak Tugiman. Pilkades berjalan lancar jujur dan adil. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi warga desa Siraman.
Minggu, 13 Mei 2012
BOR BULUREJO
Melihat semangat bersepeda warga gunungkidul ini, saya
teringat masa kecil dulu ketika sepeda motor belum se-ramai sekarang.
Yah, berbeda dengan daerah lain atau kota-kota lainnya di Indonesia.
Gunungkidul adalah daerah pegunungan ( jalannya naik turun) jadi
bersepeda adalah sebuah pilihan menantang.......hahaha.....tetapi lepas
dari kondisi alam tersebut sepeda adalah sebuah sarana alternatif yang
ramah lingkungan, hemat energi dan menyehatkan.....hal tersebut menbuat kami mengadakan kembali acara ini..sebuah balapan BMX yang dulu sering kami mainkan, dari BMX tersebut telah memberikan lebih pangalaman bagi beberapa pemuda andalan BULUREJO antara lain sigit pd dan sudarmono yang sekarang banting setir dan berkiprah menjadi pembalap motor nasional...nostalgia tersebut terangkat kaemabali dalam PANJI REMENG BMX MINICROSS di sirkuit BOR BULUREJO.
Langganan:
Postingan (Atom)